LokalZone - Tak hanya menjadi sumber pengetahuan, buku juga menjadi penyemangat Managing Director PT Elang Biru Indonesia Gemilang, Wayan Raimantara di kala semangatnya turun sebagai pengusaha.
Tidak mudah memang menjadi pengusaha. Hal ini juga diakui Wayan. Ia sempat mengalami keraguan saat membangun usahanya. Usaha yang dibangun adalah distribusi madu Manuka dengan kualitas terbaik yang dibanderol dengan harga premium. Terlebih, sebelumnya ia terbiasa menjadi pegawai yang menerima gaji bulanan. Sedangkan saat membangun perusahaan, tabungannya sempat hampir terkuras.
“Sempat ragu menjadi pengusaha, terutama edukasi masyarakat mengenai manfaat madu Manuka terbilang tidak mudah. Tapi di saat keraguan muncul, saya langsung mengatasinya dengan membaca buku motivasi,” katanya di Jakarta, belum lama ini.
Tak heran apabila Wayan mengaku banyak mengoleksi buku motivasi di rumahnya. Saat ini, hampir sebanyak 30 buku terpajang di rumahnya. Lucunya, belum sampai buku motivasi tersebut habis dibaca, ia malah membeli buku lagi untuk menambah koleksinya.
Dari seluruh buku motivasi tersebut, ia memetik sebuah pelajaran, bahwa ketika menjadi pengusaha, modal utamanya adalah mengubah pola pikir dari hanya bermimpi menjadi aksi atau tindakan yang cepat untuk merealisasikannya. Karena itu, begitu Wayan ingin menjadi distributor madu Manuka yang berasal dari Selandia Baru, langsung diwujudkan dengan mengirimkan pesan elektronik (email) kepada perusahaannya, yaitu Manuka Health New Zealand Ltd.
“Ketika tidak mendapatkan respons, saya telepon perusahaan tersebut. Yang penting bagi saya adalah respons agar bisa merealisasikan impian saya tersebut,” jelasnya.
Berkat buku yang menjadi penyemangatnya tersebut, Wayan mengaku usahanya telah berbuah manis. Sejak mendirikan perusahaan dan berjualan madu Manuka pada 2006, pendapatan perusahaannya mengalami pertumbuhan sebesar 12 persen per tahun. Ia pun semakin optimistis di tahun-tahun mendatang produknya akan semakin diterima oleh masyarakat Indonesia.
Mengingat produk perlebahan yang ditawarkannya memiliki kualitas terbaik dan memberikan manfaat yang lebih baik dibandingkan dengan jenis lainnya. Sebab, madu Manuka adalah salah satu madu yang mengandung antibakteri terbaik di dunia. Madu Manuka berasal dari nektar bunga manuka yang hidup di Selandia Baru. Suku bangsa asli di Selandia Baru, yakni bangsa Maori, sejak lama selalu menggunakan madu ini untuk pengobatan.
“Dalam penelitian yang dilakukan oleh Profesor Thomas Henle dari Jerman tahun 2008, terungkap adanya Methylglyoxal (MGO) sebagai senyawa antibakteri dalam madu Manuka yang tinggi sehingga bermanfaat untuk kesehatan dan pengobatan,” jelasnya.
Kembali ke Indonesia
Sebelum menjadi pengusaha, Wayan sempat menikmati sebagai pegawai di beragam perusahaan. Setelah lulus pascasarjana di Selandia Baru, ia bekerja di sebuah lembaga milik pemerintah di Negeri Kiwi tersebut yang khusus memasarkan pendidikan mereka di Indonesia. Setahun kemudian, ia pun sempat bekerja di Mead Johnson selama dua tahun. Setelah itu, ia pindah ke Philip Morris. Tak lama berselang, ia pun bermigrasi ke Selandia Baru karena di sana mendapatkan tempat tinggal permanen. Setelah bekerja di negeri tersebut selama dua tahun, ia pun pulang ke Indonesia.
“Tapi kali ini saya tidak mau jadi karyawan lagi dan memantapkan diri untuk menjadi pengusaha. Kala itu, saya memulai usaha saat usia memasuki 40 tahun. Kata orang life begin at 40, saya rasa itu betul,” jelasnya.
Tidak mudah memang menjadi pengusaha. Hal ini juga diakui Wayan. Ia sempat mengalami keraguan saat membangun usahanya. Usaha yang dibangun adalah distribusi madu Manuka dengan kualitas terbaik yang dibanderol dengan harga premium. Terlebih, sebelumnya ia terbiasa menjadi pegawai yang menerima gaji bulanan. Sedangkan saat membangun perusahaan, tabungannya sempat hampir terkuras.
“Sempat ragu menjadi pengusaha, terutama edukasi masyarakat mengenai manfaat madu Manuka terbilang tidak mudah. Tapi di saat keraguan muncul, saya langsung mengatasinya dengan membaca buku motivasi,” katanya di Jakarta, belum lama ini.
Tak heran apabila Wayan mengaku banyak mengoleksi buku motivasi di rumahnya. Saat ini, hampir sebanyak 30 buku terpajang di rumahnya. Lucunya, belum sampai buku motivasi tersebut habis dibaca, ia malah membeli buku lagi untuk menambah koleksinya.
Dari seluruh buku motivasi tersebut, ia memetik sebuah pelajaran, bahwa ketika menjadi pengusaha, modal utamanya adalah mengubah pola pikir dari hanya bermimpi menjadi aksi atau tindakan yang cepat untuk merealisasikannya. Karena itu, begitu Wayan ingin menjadi distributor madu Manuka yang berasal dari Selandia Baru, langsung diwujudkan dengan mengirimkan pesan elektronik (email) kepada perusahaannya, yaitu Manuka Health New Zealand Ltd.
“Ketika tidak mendapatkan respons, saya telepon perusahaan tersebut. Yang penting bagi saya adalah respons agar bisa merealisasikan impian saya tersebut,” jelasnya.
Berkat buku yang menjadi penyemangatnya tersebut, Wayan mengaku usahanya telah berbuah manis. Sejak mendirikan perusahaan dan berjualan madu Manuka pada 2006, pendapatan perusahaannya mengalami pertumbuhan sebesar 12 persen per tahun. Ia pun semakin optimistis di tahun-tahun mendatang produknya akan semakin diterima oleh masyarakat Indonesia.
Mengingat produk perlebahan yang ditawarkannya memiliki kualitas terbaik dan memberikan manfaat yang lebih baik dibandingkan dengan jenis lainnya. Sebab, madu Manuka adalah salah satu madu yang mengandung antibakteri terbaik di dunia. Madu Manuka berasal dari nektar bunga manuka yang hidup di Selandia Baru. Suku bangsa asli di Selandia Baru, yakni bangsa Maori, sejak lama selalu menggunakan madu ini untuk pengobatan.
“Dalam penelitian yang dilakukan oleh Profesor Thomas Henle dari Jerman tahun 2008, terungkap adanya Methylglyoxal (MGO) sebagai senyawa antibakteri dalam madu Manuka yang tinggi sehingga bermanfaat untuk kesehatan dan pengobatan,” jelasnya.
Kembali ke Indonesia
Sebelum menjadi pengusaha, Wayan sempat menikmati sebagai pegawai di beragam perusahaan. Setelah lulus pascasarjana di Selandia Baru, ia bekerja di sebuah lembaga milik pemerintah di Negeri Kiwi tersebut yang khusus memasarkan pendidikan mereka di Indonesia. Setahun kemudian, ia pun sempat bekerja di Mead Johnson selama dua tahun. Setelah itu, ia pindah ke Philip Morris. Tak lama berselang, ia pun bermigrasi ke Selandia Baru karena di sana mendapatkan tempat tinggal permanen. Setelah bekerja di negeri tersebut selama dua tahun, ia pun pulang ke Indonesia.
“Tapi kali ini saya tidak mau jadi karyawan lagi dan memantapkan diri untuk menjadi pengusaha. Kala itu, saya memulai usaha saat usia memasuki 40 tahun. Kata orang life begin at 40, saya rasa itu betul,” jelasnya.