Select Menu
Buah Unggul
Diberdayakan oleh Blogger.

Buleleng

Bali

Teknologi

Lifestyle

Nasional

Videos

LokalZone - Seseorang berinisial PEST yang diduga telah melakukan malpraktik di wilayah Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada, Buleleng dikeluhkan warga atas nama Kadek Astra Sedana (55) warga Banjar Dinas Dauh Margi, Desa Pemaron dan segera akan melaporkan hal tersebut ke Polisi. 

Menurut pengakuan Astra, dugaan tersebut muncul saat yang bersangkutan melakukan pengobatan kepada dirinya saat merasakan sakit pada bagian kakinya. Tidak hanya itu PEST yang mengaku sebagai Dokter di RSUD Buleleng diduga hanyalah Dokter Gadungan. 

“Saya waktu itu jualan ayam, dia (PEST, red) jadi pembelinya dan lama-lama kami dekat. Dia mengaku sebagai dokter di di forensik RSUD Buleleng, saya percaya. Kemudian saya mengeluh badan saya capek sekali, terus dia sarankan untuk menyuntik saya di rumah saja,” ujar Astra.

Usai disuntik, 2 bulan kemudian Astra malah tidak mampu berdiri dalam waktu lama dan berjalan jauh. “Habis disuntik lama-kelamaan sakit kakinya kok terus,. Kalau berdiri gak kuat lama, jalan dekat saja, 100 meter sudah tidak kuat dah. Mengangkat beban agak berat sudah tidak bisa, hampir 2 bulan begitu,” katanya.

Dalam kesehariannya PEST dikenal selalu berpenampilan layaknya seorang dokter dengan membawa peralatan medis lengkap, dan memakai Jaz Dokter. “Dia tahu istilah-istilah kedokteran, dia jiwanya sosial, sering kasih resep kalau ada orang sakit,” ucapnya.

Namun kecurigaan terhadap PEST muncul saat Astra menanyakan kepada istri PEST yang bertugas sebagai perawat di RSUD Buleleng, tentang kebenaran PEST sebagai Dokter yang malah ditanggapi dengan sinis. “Istrinya marah saat itu, kata istrinya apa hubungannya, saya tidak usah ikut campur. Lalu saya diam. Kemudian saya cek, rumahnya tidak ada praktik dokter. Tapi kalau di sini orang-orang banyak kenal dia sebagai dokter,” ujarnya.

Ia pun mengaku, kini akan melaporkan PEST ke pihak Kepolisian Polres Buleleng atas tindakan dugaan indikasi malpraktik, yang menyebabkan kakinya sakit usai disuntik. Bahkan bukan dirinya saja yang menjadi korban, melainkan beberapa teman dan tetangganya.

Dikonfirmasi Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Buleleng, Putu Sudarsana menjelaskan, dirinya memastikan bahwa tidak ada dokter yang beroperasi di Buleleng atas nama tersebut. Bahkan menurutnya juga, dokter atas nama inisial PEST tidak ada di RSUD Buleleng. “Tidak ada dokter disini yang namanya seperti itu. Di anggota IDI Buleleng juga memang tidak ada nama itu,” kata Sudarsana, yang juga Wakil Direktur Pelayanan RSUD Buleleng.

Menurutnya, di RSUD Buleleng hingga saat ini terdapat sebanyak 54 dokter yang berpraktik. Dengan melihat laporan ini, dirinya berjanji akan segera menelusurinya, namun jika memang itu melanggar, dirinya akan menyerahkan kasus tersebut ke pihak yang berwajib.

“Kami pastikan dulu, kalau misalnya ada di sini tapi bukan dokter jelas akan kami panggil,. Kami segera cek. Kami juga berpatokan pada izin praktik, sepanjang ada SIP nya dan sesuai, itu tidak masalah. Kalau itu memang bukan anggota kami, kami tidak berkompeten untuk menindaklanjuti, itu ranah Hukum dan yang menjadi korban. Kalau itu ternyata anggota kami, maka kami akan ambil sikap tegas,” pungkasnya.
-
LokalZone - Pasca teror surat ancaman bom di Buleleng, pihak Kepolisian dari Polres Buleleng buru si pembawa surat. Selain telah memeriksa sejumlah saksi dan CCTV yang ada di dekat Kantor Camat Singaraja untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk hari ini, Rabu (20/1/2016) bekerjasama dengan Pemkab Buleleng, Kodim dan Polsek lakukan Operasi Duktang secara gabungan dan serentak di 10 Kecamatan yang ada di Buleleng. (baca juga : Kota Singaraja Diteror Surat Ancaman Bom)

"Kita sudah periksa 3 saksi, juga sudah memeriksa sepeda motor dengan Nopol AG ada 2 yang mirip tetapi ketika di kroscek ke saksi tidak cocok. Ada yang dari ciri-ciri sepeda motornya ada juga dari pemiliknya perawakannya tidak sesuai dengan yang membawa surat," ungkap Kapolres Buleleng AKBP Harry Haryadi B. di Mapolres Buleleng.

Namun demikian terdapat beberapa kendala dalam pengungkapan pelaku teror dimana saat itu menggunakan helm sehingga kesulitan dalam pembuatan sketsa serta 3 CCTV yang menghadap TKP terlalu jauh sehingga sulit diidentifikasi.

"CCTV kita periksa 3, dari sebuah Percetakan, kantor Notaris dan Koperasi terdekat namun dari objek terlalu jauh," ujar Kapolres Harry Haryadi.

Meski demikian pihaknya mengungkapkan akan tetap melakukan pengajaran terhadap pelaku surat teror serta meningkatkan kegiatan kepolisian khususnya Patroli ke beberapa tempat yang ramai dikunjungi masyarakat serta tempat wisata.

"Tadi kita lakukan pertemuan dengan PHRI se Kab-Buleleng, hadir kurang lebih 127 pengusaha, pemilik, GM hotel, villa, spa yang ada di Buleleng. Intinya untuk tetap waspada terhadap lingkungan sekitar, himbauan untuk pemasangan CCTV, penggunaan metal detektor dan jangan ragu apabila menemukan gerag-gerik orang yang mencurigakan dan adanya patroli yang akan lebih intens," kata Kapolres Harry Haryadi.

Ketika ditanyakan apakah di Buleleng sudah disusupi oleh gerakan radikal atau dugaan lainya Kapolres Harry Haryadi mengungkapkan tidak akan menduga-duga, "Tidak berani menduga-duga, faktanya benar ada yang datang dan memberikan surat tersebut," paparnya.

Dalam kesempatan tersebut pihaknya juga menghimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang, beraktifitas dengan normal, dan mempercayakan keamanan kepada Kepolisian. Serta tetap menjaga kewaspada terutama dengan lingkungan sekitarnya, apabila ada orang baru yang gerak-geriknya mencurigakan atau tetangga lama tetapi tamunya baru dan mencurigakan agar tidak segan-segan untuk melaporkannya ke Polisi.
- -