Select Menu
Buah Unggul
Diberdayakan oleh Blogger.

Buleleng

Bali

Teknologi

Lifestyle

Nasional

Videos

LokalZone - Warga di Desa Sumberklampok Kecamatan Gerokgak sejak beberapa hari terakhir resah dengan kematian tujuh ekor domba yang dirasakan aneh dan misterius, pasalnya kematian domba itu ditemukan nampak seperti dikuliti, bahkan satu diantaranya bagian organ hatinya menghilang. 

Bahkan berdasarkan pengakuan seorang warga sebelum kejadian tersebut sempat melihat bayangan hitam besar dan anjing-anjing yang ada disekitar tempat kejadian menggonggong seakan mencemaskan sesuatu.

Dikonfirmasi mengenai fenomena tersebut Kapolres Buleleng AKBP Kurniadi, Selasa (16/6/2015) di Mapolres Buleleng mengungkapkan pihaknya tidak bisa berkata banyak terhadap beberapa penomena mistis yang terjadi dan akan tetap fokus berdasarkan pemikiran logis.

"Nah kalau dari segi Niskala kita tidak bisa jelaskan, Polisi berdasarkan fakta yang ada dan dari pemikiran logis, kalau dari niskala kita tidak bisa masuk kesitu," papar Kapolres Kurniadi.

Lebih lanjut pihaknya mengatakan saat ini sedang berkoordinasi dengan Dinas Peternakan dan Pertanian Buleleng untuk mengetahui apa penyebab kematian dari beberapa domba tersebut.

"Kita masih berkoordinasi dengan dinas peternakan dan pertanian untuk menjelasan jenis penyakit apa penyebabnya, dugaan awal karena pencernaan, kemungkinan dari makanan, tapi nantilah kita simpulkan," jelas Kapolres Kurniadi.

-
LokalZone - Seminggu menghilang tanpa jejak, Kadek Anggriani (20) warga Desa Lokapaksa Kecamatan Seririt diketahui memiliki hubungan bisnis dengan seorang pria yang dikenalnya melalui media sosial. 

Sejak kasus ini dilaporkan ke Mapolsek Seririt kakak oleh Anggriani, Wayan Suantika (27) Polisi langsung memeriksa pola komunikasi yang dilakukan oleh korban. "Kita masih melihat pola komunikasi yang hilang ya, karena ini sudah dilaporkan oleh adiknya suami, dari Seririt. Disana dia kenal dengan seseorang dengan suatu bisnis di Bedugul dan ada transfer uang sebanyak Rp 15 juta, kenalan awal melalui teknologi informasi, ada media sosial termasuk HP," ungkap Kapolres Buleleng AKBP Kurniadi, saat dikonfirmasi, Selasa (16/6/2015) di Mapolres Buleleng.

Misteri menghilangnya Anggriani hingga saat ini masih belum menemui titik terang, pasalnya masih banyak informasi yang belum diketahui seperti bisnis apa yang dilakukan oleh korban dengan laki-laki yang dikenalnya melalui media sosial tersebut yang menurut keterangan kakaknya ternyata sudah meninggal dunia.

"Dilihat dari akunnya, sudah meninggal dunia, disini ditulis diaktifkan oleh adiknya yang juga namanya sama," ujar Suantika kepada awak media di ruang Humas Polres Buleleng sembari memperlihatkan akun facebook adiknya.

Kejanggalan-kejanggalan ini juga diakui oleh Kapolres Kurniadi namun pihaknya tidak akan gegabah dalam menentukan tersangka termasuk mengambil alih kasus ini dari Polsek. "Kejanggalan pasti ada, sampai kita temukan dua alat bukti, baru nanti kita akan tentukan siapa pelakunya. Sementara kita lihat perkembangannya, kalau nanti eksesnya meluas, nanti akan kita tarik ke Polres, sementara masih ditindaklajuti di Polsek," ujarnya.

Sedangkan hingga berita ini diturunkan suami dari Anggriani yang bekerja di kapal pesiar masih belum bisa dihubungi oleh pihak keluarga untuk memberitahukan kabar buruk ini.
-
LokalZone - Bersiap amankan hari raya Galungan, Kuningan dan Idul Fitri 1436 H tahun 2015 jajaran Polres Buleleng lakukan Rapat Koordinasi (Rakor) dengan MUI, PHDI, Dishub, Sat Pol PP, Dinkes, Orari dan Instansi di Mapolres Buleleng, Selasa (16/6/2015) untuk satukan langkah.

Ditemui usai melaksanakan Rakor, Kabag Ops Polres Buleleng Kompol Ketut Gelgel mengungkapkan bahwa Operasi dengan sandi Ketupat Agung 2015 kali ini tidak hanya untuk mengamankan hari Raya Idul Fitri tetapi juga hari raya Galungan, Kuningan yang juga bertepatan dengan liburan siswa.

"Jadi kita melakukan operasi untuk kelancaran Umat Hindu dan Muslim yang melaksanakan hari raya Idul Fitri dan Hari Raya Galungan dan kuningan. Operasi akan dilaksanakan selama 16 hari dari tanggal 11 sampai dengan 26 Juli 2015," ungkap Kabag Ops Ketut Gelgel.

Dari hasil rakor ditetapkan dua pos akan dibuat tepatnya di terminal Banyuasri dan Desa Temukus untuk lebih mudah melakukan pemantauan arus lalu lintas termasuk penguatan pengawasan pos pantau di pelabuhan rakyat.

"Kita akan lakukan Hunting sistem dan menyiapkan dua Pos di Banyuasri dan Desa Temukus untuk jalur tengah, nanti personil gabungan dari Pecalang, Pol PP, Dishub, Kesehatan, Pemkab dan kita standby disana. Pengawasan untuk pelabuhan rakyat sudah ada Pos pantau, dari Sat Polair dan Shabara akan dilibatkan disana, di Pura-pura besar juga nanti kita prioritaskan keamanannya" papar Ketut Gelgel.

Untuk menekan angka kecelakaan lalu lintas, dalam kesempatan tersebut Ketut Gelgel menghimbau kepada pengemudi khususnya pengguna sepeda motor untuk mentaati aturan lalulitas dan menghindari membawa barang perlebih sehingga selamat sampai ditujuan.
-
LokalZone - Penyeberangan ke Pulau Menjangan terlihat sepi dari biasanya. Ini menyusul aksi boikot para komponen wisata di Kecamatan Gerokgak. Senin (16/5/2015). Para nelayan wisata yang beroperasi di Pelabuhan Labuan Lalang Desa Sumberklampok, serta Pelabuhan Banyuwedang di Desa Pejarakan, sama sekali tak melayani penyeberangan wisata.

Badan Pengelola Taman Wisata Konservasi (BP-TWK) Labuan Lalang, membuka penyeberangan ke Pulau Menjangan, bagi para pamedek yang ingin bersembahyang. Menyusul keluhan pamedek yang ingin tangkil ke pura dang kahyangan yang ada di Pulau Menjangan. Penyeberangan khusus pamedek di Labuan Lalang, disebut mulai dibuka pada pukul 10.00 pagi atas desakan pamedek dan Desa Pakraman Sumberklampok. Sementara untuk wisatawan domestik dan mancanegara, ditolak.

Pemandangan berbeda di Pelabuhan Banyuwedang. Disana tak nampak aktifitas berarti. Suasana pelabuhan benar-benar sepi. Hanya beberapa orang saja yang terlihat membersihkan dan merawat sampan. Sama sekali tidak ada aktifitas penyeberangan.

Ketua BP-TWK Labuan Lalang, Made Sumadra mengatakan, wisatawan mancanegara kebanyakan tak sanggup membeli tiket masuk ke kawasan Taman Nasional Bali Barat, dengan harga Rp 200ribu. Buktinya pada Senin (15/6) lalu, dari 15 orang wisatawan yang datang, hanya dua orang saja yang benar-benar sanggup membeli jasa pariwisata. Itu pun mereka harus merogoh kocek Rp 1,25 juta per orang. “Dulu untuk dua orang wisatawan yang mau diving ke Menjangan itu, habisnya Rp 893ribu per orang. Sekarang minimal sekali Rp 1,25 juta. Nggak ada yang sanggup beli tiket pak. Hari ini saja ada dua grup, sekitar 30 orang itu, dibatalkan paket wisatanya ke Menjangan. Mereka pilih ke Pemuteran saja,” keluh Sumadra. 

Hal serupa diungkapkan Ketua Kelompok Nelayan Wisata Banyumandi, Wayan Sandi. Menurut Sandi harga tiket Rp 200ribu terlampau mahal. Demikian pula jika diturunkan menjadi Rp 150ribu. “Rasanya tiket masuk Rp 50ribu, itu yang paling cocok,” kata Sandi yang ditemui terpisah.
Nelayan berharap, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, dapat mengkaji tarif masuk tersebut.
-