Lokalzone - Korpri diminta bersikap netral dalam perhelatan pesta demkorasi 2014
mendatang. Demikian salah satu pesan Presiden SBY dalam pidato tertulis
yang dibacakan oleh Wakil Bupati Buleleng dr.Nyoman Sutjidra Sp.OG
dalam upacara apel peringatan Hut Korpri ke-42 di halaman kantor Bupati
Buleleng yang diikuti oleh semua PNS dan pegawai lainnya di lingkup
Pemkab Buleleng pada hari Jumat (28/11).
Pesan ini sesuai dengan tema
Hut Kopri yang menuntut profesionalisme dan netralitas Korpri dalam
melaksanakan tugasnya sehari-hari.
Dalam kesempatan ini Presiden SBY juga menyampaikan terimakasih kepada
semua anggota Korpri baik yang bertugas di dalam maupun di luar negeri.
Bahkan kepada PNS yang bertugas di pedalaman, diperbatasan dan di
pulau-pulau terpencil, Presiden menyampaikan apresiasi khusus serta
memuji dedikasinya.
Disisi lain diminta PNS sebagai anggota Korpri agar
meningkatkan dedikasi, profesionalisme, dan integritas dalam pengabdian
kepada masyarakat, bangsa dan negara.
Dengan profesionalisme dan
netralitas, jelas Presiden, Korpri mendukung keberhasilan reformasi
birokrasi untuk menjaga stabiltas politik dan pertumbuhan ekonomi guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Menanggapi isi pidato SBY, Wakil Bupati Buleelng juga menegaskan
Pemkab.Buleleng akan mengambil tindakan tegas kepada PNS yang terbukti
tidak bersikap netral dalam pileg 2014. Selain itu diminta juga PNS yang
bertugas di jajaran Pemkab.Buleleng untuk meningkatan pelayanan kepada
masyarakat sesuai tugasnya di tempatnya bekerja. (hb)
Buleleng - HB
Lokalzone - Kasus korupsi yang menjerat mantan Rektor IHDN Prof. Made Titib dkk ternyata berimbas kepada penerimaan mahasiswa baru yang melorot drastis di Buleleng.
Jika tahun-tahun sebelumnya IHDN menjadi sekolah tinggi favorit dalam bidang Agama maupun sastra Bali. Entah berkaitan atau tidak, predikat tersebut mulai pudar seiring gencarnya pemberitaan miring mengenai kampus yang berlokasi di Denpasar, Bangli, dan Singaraja tersebut. Di Singaraja, penerimaan mahasiswa mengalami penurunan yang sangat drastis.
Tahun ini, kampus IHDN cabang Singaraja hanya menerima mahasiswa sebanyak 18 orang dari semua fakultas dan jurusan yang ada. Sumber dari koran ini memaparkan keadaan kampus belakangan ini sedikit berbeda. Menurut dia, perbedaan di kampus cabang Singaraja sangat dirasakan sebelum dan sesudah berhembus kabar kasus korupsi yang menjerat beberapa petinggi IHDN. “Suasana sedikit berbeda terasa. Entah itu ada kaitannya dengan kasus korupsi yang menjerat pak Titib atau bukan, saya kurang tahu. Tapi satu hal pasti, di tahun ajaran baru ini IHDN cuman dapat 18 mahasiswa baru. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Bali yang biasanya mahasiswanya banyak sekarang cuman 2 orang. Mungkin ini buntut dari kasus-kasus korupsi yang terus berkembang atau karena hal lain,” ucapnya.
Sebelumnya IHDN menjadi favorit di Buleleng. Berstatus negeri sehingga banyak yang tertarik. Demikian juga biayanya tidak terlalu tinggi. Boleh dikatakan kampus IHDN di Singaraja ini adalah kampus Hindu yang terbaik di Buleleng. Sekarang cuman dapat 18 mahasiswa. ‘’Tahun-tahun sebelumnya minimal seratus orang bisa dapat mahasiswa dari semua jurusan yang ada,” tambah dia. “Saya berharap sih kasus ini bisa cepat selesai. Karena terus terang hal ini mengganggu proses perkuliahan yang ada. IHDN kampus bagus dan saya harapkan tidak akan ada lagi masalah-masalah berikut yang menyusul,” tegas dia.
Kasus korupsi di IHDN akhir-akhir ini memang kencang terdengar. Diawali dengan terciumnya kasus korupsi yang pada awalnya hanya menjerat Dr. Praptini sebagai tersangka. Masalah semakin panas dengan diseretnya mantan Rektor Prof Made Titib sebagai tersangka, bersama Dr. Praptini, Pembantu Rektor II IHDN toleh Penyidik Pidana Khusus Kejaksan Tinggi (Kejati) Bali serta Drs. Nyoman Suwica, staff Praptini di IHDN. Tidak hanya itu, dua orang rekanan proyek pengadaan barang dan jasa yang terindikasi korupsi senilai Rp25 miliar di lingkungan IHDN, Ni Putu Indra Maritin dan Wayan Sudiyasa juga ikut menjadi tersangka. (pb)
Jika tahun-tahun sebelumnya IHDN menjadi sekolah tinggi favorit dalam bidang Agama maupun sastra Bali. Entah berkaitan atau tidak, predikat tersebut mulai pudar seiring gencarnya pemberitaan miring mengenai kampus yang berlokasi di Denpasar, Bangli, dan Singaraja tersebut. Di Singaraja, penerimaan mahasiswa mengalami penurunan yang sangat drastis.
Tahun ini, kampus IHDN cabang Singaraja hanya menerima mahasiswa sebanyak 18 orang dari semua fakultas dan jurusan yang ada. Sumber dari koran ini memaparkan keadaan kampus belakangan ini sedikit berbeda. Menurut dia, perbedaan di kampus cabang Singaraja sangat dirasakan sebelum dan sesudah berhembus kabar kasus korupsi yang menjerat beberapa petinggi IHDN. “Suasana sedikit berbeda terasa. Entah itu ada kaitannya dengan kasus korupsi yang menjerat pak Titib atau bukan, saya kurang tahu. Tapi satu hal pasti, di tahun ajaran baru ini IHDN cuman dapat 18 mahasiswa baru. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Bali yang biasanya mahasiswanya banyak sekarang cuman 2 orang. Mungkin ini buntut dari kasus-kasus korupsi yang terus berkembang atau karena hal lain,” ucapnya.
Sebelumnya IHDN menjadi favorit di Buleleng. Berstatus negeri sehingga banyak yang tertarik. Demikian juga biayanya tidak terlalu tinggi. Boleh dikatakan kampus IHDN di Singaraja ini adalah kampus Hindu yang terbaik di Buleleng. Sekarang cuman dapat 18 mahasiswa. ‘’Tahun-tahun sebelumnya minimal seratus orang bisa dapat mahasiswa dari semua jurusan yang ada,” tambah dia. “Saya berharap sih kasus ini bisa cepat selesai. Karena terus terang hal ini mengganggu proses perkuliahan yang ada. IHDN kampus bagus dan saya harapkan tidak akan ada lagi masalah-masalah berikut yang menyusul,” tegas dia.
Kasus korupsi di IHDN akhir-akhir ini memang kencang terdengar. Diawali dengan terciumnya kasus korupsi yang pada awalnya hanya menjerat Dr. Praptini sebagai tersangka. Masalah semakin panas dengan diseretnya mantan Rektor Prof Made Titib sebagai tersangka, bersama Dr. Praptini, Pembantu Rektor II IHDN toleh Penyidik Pidana Khusus Kejaksan Tinggi (Kejati) Bali serta Drs. Nyoman Suwica, staff Praptini di IHDN. Tidak hanya itu, dua orang rekanan proyek pengadaan barang dan jasa yang terindikasi korupsi senilai Rp25 miliar di lingkungan IHDN, Ni Putu Indra Maritin dan Wayan Sudiyasa juga ikut menjadi tersangka. (pb)
Buleleng - Korupsi
Langganan:
Postingan (Atom)