Select Menu
Buah Unggul
Diberdayakan oleh Blogger.

Buleleng

Bali

Teknologi

Lifestyle

Nasional

Videos

LokalZone - AKBP Kurniadi, SiK., MSi. hari ini, Sabtu (20/9/2015) secara resmi meninggalkan kesatuan Polres Buleleng untuk menduduki promosi jabatan barunya sebagai Wakil Direktur Kriminal Khusus (Wadir Krimsus) Polda NTT. Walau masa tugasnya di Buleleng hanya berkisar 10 Bulan, kepemimpinan Kurniadi sangat dirasakan oleh anggota jajarannya lantaran beberapa program pensejahteraan anggotanya dimana salah satunya adalah bedah rumah bagi yang tidak mampu. 

Dalam upacara tradisi yang pelepasan sekaligus penerimaan Kapolres baru, AKBP Kurniadi mengungkapkan bahwa dirinya tetap akan menjadi bagian dari keluarga besar Polres Buleleng. "Saya sangat berterima kasih atas dedikasi anggota selama menjabat disini, dan saya tetap akan menjadi bagian dari keluarga besar Polres Buleleng walaupun tidak berada disini lagi," ucapnya di depan peserta apel.

Tidak hanya itu terungkap pula bahwa sebagai besar kasus-kasus yang ditangani selama kepemimpinannya telah berhasil dituntaskan. "Tunggakan kasus tidak terlalu banyak, yang menonjol kasus korupsi sudah masuk, tinggal 1 kasus korupsi LPD, sebentar lagi pasti bisa di limpahkan," papar AKBP Kurniadi kepada awak media seraya meminta doa restu untuk bertugas di tempat yang baru.
Dilain pihak Kapolres Buleleng yang baru AKBP Harry Haryadi Badjuri, SiK., MHUM,. yang sebelumnya bertugas sebagai Kapolres Jembrana mengungkapkan akan segera melakukan penataan organisasi serta tetap menjaga komunikasi terhadap stakeholder serta masyarakat Buleleng untuk menunjang tugas-tugas Kepolisian.

"Pertama melanjutkan kebijaksanaan Kapolres terdahulu, melaksanakan tugas pokok, menata bagian dalam organisasi dan tentunya dengan adanya perbandingan jumlah Polisi dan masyarakat yang sangat banyak kami akan tetap mengedepankan komunikasi dengan stakeholder, dengan tokoh masyarakat, adat maupun agama untuk ikut berpartisipasi," kata Kapolres Buleleng Harry Haryadi.
-
LokalZone - Jika petani garam di Bali diberdayakan dengan baik maka ketergantungan masyarakat setempat akan garam impor  bisa diminimalisir. Sebaliknya, keberlangsungan hidup mereka, para petani, bisa dipertahankan.

Ada banyak titik pembuatan garam terbentang mulai dari Kusamba (Kelungkung), Karangasem hingga wilayah paling timur Singaraja yaitu Tejakula. Masing masing wilayah tersebut memiliki beberapa lapak pembuatan garam tradisional yang setiap lapaknya mampu memproduksi sekitar 5 kg garam per harinya, dengan catatan dalam kondisi terik matahari.

Sayangnya, menurut salah seorang petani garam di Kusamba, bapak Ketut Santa, bahwa mereka terkendala distribusi selama ini. Garam yang mereka produksi dijual di tempat pembuatan dengan mengandalkan kerendahan hati pengunjung. Hal ini membuat produk mereka tidak terserap secara maksimal dimana mempengaruhi kelangsungan hidup keluarganya.  

Jumlah lapak yang awalnya mencapai 25 kini menyusut tinggal hanya 3 lapak. Ketidakpastian penghasilan membuat sebagian besar dari mereka beralih ke sektor lain. "Banyak dari mereka yang bahkan menjual tanahnya kepada investor karena hasil garam tidak lagi mencukupi kebutuhan keluarga," ujar petani lainnya, Wayan Seplig. 

Meskipun harga yang dipatok cukup murah namun hal ini belum bisa menggugah masyarakat Bali untuk mengonsumsi produknya secara konsisten. Ketut Santa menjual produknya mulai dari Rp. 30,000 hingga 50,000 per bungkusnya. Bungkusan plastik berukuran satu kilogram jika ditimbang bisa mencapai 750 gram mengingat garam merupakan produk yang ringan.





- - - - -