Select Menu
Buah Unggul
Diberdayakan oleh Blogger.

Buleleng

Bali

Teknologi

Lifestyle

Nasional

Videos

» » » » » » » Petani Garam di Bali Terlupakan
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

LokalZone - Jika petani garam di Bali diberdayakan dengan baik maka ketergantungan masyarakat setempat akan garam impor  bisa diminimalisir. Sebaliknya, keberlangsungan hidup mereka, para petani, bisa dipertahankan.

Ada banyak titik pembuatan garam terbentang mulai dari Kusamba (Kelungkung), Karangasem hingga wilayah paling timur Singaraja yaitu Tejakula. Masing masing wilayah tersebut memiliki beberapa lapak pembuatan garam tradisional yang setiap lapaknya mampu memproduksi sekitar 5 kg garam per harinya, dengan catatan dalam kondisi terik matahari.

Sayangnya, menurut salah seorang petani garam di Kusamba, bapak Ketut Santa, bahwa mereka terkendala distribusi selama ini. Garam yang mereka produksi dijual di tempat pembuatan dengan mengandalkan kerendahan hati pengunjung. Hal ini membuat produk mereka tidak terserap secara maksimal dimana mempengaruhi kelangsungan hidup keluarganya.  

Jumlah lapak yang awalnya mencapai 25 kini menyusut tinggal hanya 3 lapak. Ketidakpastian penghasilan membuat sebagian besar dari mereka beralih ke sektor lain. "Banyak dari mereka yang bahkan menjual tanahnya kepada investor karena hasil garam tidak lagi mencukupi kebutuhan keluarga," ujar petani lainnya, Wayan Seplig. 

Meskipun harga yang dipatok cukup murah namun hal ini belum bisa menggugah masyarakat Bali untuk mengonsumsi produknya secara konsisten. Ketut Santa menjual produknya mulai dari Rp. 30,000 hingga 50,000 per bungkusnya. Bungkusan plastik berukuran satu kilogram jika ditimbang bisa mencapai 750 gram mengingat garam merupakan produk yang ringan.






«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama