Select Menu
Buah Unggul
Diberdayakan oleh Blogger.

Buleleng

Bali

Teknologi

Lifestyle

Nasional

Videos

LokalZone - Salak Karangasem di Provinsi Bali kini menjadi salah satu wine andalan yang sudah merambah kota-kota besar di Indonesia. Bahan dasar yang dipilihnya harus salak yang berasal dari Kabupaten Karangasem. Harganya sekitar Rp 200.000,-

“Harus salak Karangasem. Salak dari Karangasem itu memiliki ciri khas sendiri. Kandungan airnya banyak, perpaduan manis dan asam di kandungan salak Karangasem cocok untuk dibuat wine,” kata pemilik Baliwein, Gek Ayu Rusmini Lokika Wati, di Denpasar, Bali, Jumat (30/1/2015).

Gek Ayu mengaku, sebelum memilih salak Karangasem untuk dijadikan wine, juga sempat mencoba membuat wine dengan bahan salak Pondoh, akan tetapi tidak sesuai dengan harapan karena salak Pondoh kandungan airnya sedikit. Begitupun terhadap salak kota Negara, Kabupaten Jembrana, Bali. “Wah, saya sudah banyak mencoba berbagai salak, dari mulai salak Pondoh dan salak Negara. Ya memang tidak sebagus salak Karangasem,” katanya.

Gek Ayu juga menyampaikan bahwa Wine Salak Bali miliknya sudah mendapat pesanan dari beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan lainnya. Sementara untuk pemasaran di Bali bisa didapatkan ditoko-toko yang sudah mempunyai izin penjualan minuman keras, karena wine Salak ini mengandung alkohol sekitar 12 persen. Stok juga cukup terpenuhi.

“Kami tidak kehabisan stok. Sudah diperhitungkan dalam setahun memproduksi berapa dan penjualannya mencapai berapa. Proses pembuatan wine dari mulai fermentasi hingga pengolahannya kan tiga bulan, kami sudah hitung-hitungan,” ujarnya. Karena produk wine Salak terbilang baru, saat ini pemasarannya masih di dalam negeri. (tribunnews)
-
LokalZone - Kasus narkoba di Bali merupakan kasus tertinggi dibandingkan dengan kasus kriminal lain. Kepala Divisi Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM Bali I Nyoman Putra Surya menjelaskan, saat ini saja  jumlah tahanan narkoba di LP Kerobokan sekitar 450 orang.

Maraknya kasus narkoba selama ini dikarenakan jaringan narkoba di Bali semakin kuat. Bali merupakan daerah wisata sehingga menjadi sasaran empuk bagi pengedar narkoba. Bahkan, banyak warga negara asing yang menyelundupkan narkoba ke Bali.

"Saat ini kasus narkoba di Bali sangat meresahkan, bisa dibilang Bali juga daerah darurat narkoba," terangnya di Denpasar, Jumat (30/1/2015).

Menurutnya, sejauh ini pihak Kementerian Hukum dan HAM Bali berusaha memutus jaringan narkoba yang ada di Lapas Kerobokan.

Para napi narkoba di LP Kerobokan itu akan dipindahkan ke rumah tahanan di Bangli yang merupakan rumah rehabilitasi narkoba.

"Tidak semua tersangka kasus narkoba yang ditangkap di Denpasar ditahan di LP Kerobokan, sebagian besar mereka kami tempatkan di LP-LP daerah lain," tuturnya.

Dia mengakui, orang-orang yang menjenguk tahanan di LP Kerobokan juga berusaha menyelundupkan narkoba. Cara yang digunakan adalah dengan memasukkan narkoba dalam air mineral, dalam makanan nasi bungkus, bahkan dalam jajanan pasar seperti lemper.

Sementara itu Wakapolda Bali Brigjen Pol  I  Nyoman Suryasta menjelaskan, Polda Bali juga berusaha memberantas jaringan narkoba.

"Kami dari pihak kepolisian juga sudah berusaha untuk meringkus jaringan narkoba di Bali. Bahkan, setiap minggu selalu ada jaringan narkoba yang tertangkap."

Untuk menemukan jaringan narkoba, tidak semudah menangkap pencuri. Sebab, para pengguna maupun pengedar saling menjaga rahasia.

"Mereka ini diam-diam, tidak ada yang terbuka, sebab taruhannya nyawa. Semisal satu pengguna narkoba itu kami tangkap, belum tentu dia mengatakan dapat barang itu dari mana," ujarnya.

Menurutnya, untuk memberantas narkoba diperlukan peran serta seluruh lapisan masyarakat. "Kami juga sudah berkoordinasi dengan pihak BNN untuk memberantas peredaran narkoba di Bali." (sindonews)
-
LokalZone - Pemilik satu unit apartemen The Capital Regency, Supriansyah diminta penyidik Bareskrim Polri, memberikan keterangan sebagai saksi dalam aduan kasus 'Rumah Kaca Abraham Samad'. Supriansyah merasa terganggu dengan panggilan Bareskrim Polri.

"Saya enggak tahu kalau pertemuan itu berbuntut seperti ini. Saya jadi susah, banyak kegiatan saya terbengkalai dengan menghadiri panggilan polisi ini. Saya dipanggil sebagai saksi," ujar Supriansyah di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (30/1/2015).

Supriansyah menuturkan, Abraham Samad meminjam satu unit apartemennya sekitar bulan Maret-April 2014. Namun, ia tak tahu perihal apa bahasan dalam pertemuan tersebut. "Saya tidak ikut pertemuannya karena bukan urusan saya. Kebetulan saya tinggal di apartemen SCBD. Kebetulan Pak Abraham orang Makassar sama dengan saya. Tiba-tiba Pak AS tanya, apa boleh saya bertemu temannya? Saya jawab boleh dong, masa tidak boleh" tuturnya.

Direktur Eksekutif KPK Watch Indonesia, Muhamad Yusuf Sahide melaporkan Ketua KPK Abraham Samad ke Bareskrim Mabes Polri, Jumat Jumat 22 Januari 2015 lalu.

Berdasarkan laporan dalam surat pengaduan bernomor LP/75/I/2015/Bareskrim yang dilayangkan pada Jumat 22 Januari 2015, Yusuf menyebut Abraham Samad menjanjikan kemudahan perkara hukum yang tengah disidik KPK berkaitan dengan Emir Moeis.

Laporan ini berbekal dua saksi, yakni Plt Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dan pengacaranya, serta tulisan berjudul Rumah Kaca Abraham Samad di sebuah blog.

Hasto Kristiyanto mengaku sudah bertemu Samad sebanyak enam kali. Di pertemuan awal, Hasto mengaku kaget. Itu karena Samad mengatakan berkat dirinya, hukuman seorang kader PDI Perjuangan yang terjerat kasus korupsi relatif ringan. Diduga yang dimaksud Samad adalah Emir Moeis yang divonis tiga tahun penjara.

"Ada saksi hidup yang menyertai saya. (Mendengar pernyataan Samad itu) ada kekagetan dalam diri saya," kata Hasto kepada Metro TV, Kamis 22 Januari lalu.
- -