Select Menu
Buah Unggul
Diberdayakan oleh Blogger.

Buleleng

Bali

Teknologi

Lifestyle

Nasional

Videos

LokalZone - Tindak kejahatan kejahatan di jalan raya yang menyasar para nasabah bank yang baru saja mengambil uangnya telah merambah Kota Singaraja, akibatnya dalam sekejap ratusan juta rupiah lenyap dibawa kabur oleh pelaku di siang bolong. 

Berdasarkan informasi yang berhasil di himpun, pencurian tersebut terjadi pada hari Senin (16/3/2015) di Jalan A. Yani Singaraja tepatnya di depan Tirta Dewata pukul 12.30 wita. "Korban atas nama Made Lanus (46) yang beralamat di Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, saat itu memarkir mobilnya di Jalan A. Yani. Dan pelaku dengan cepat mengambil tas yang berisi uang Rp 120 juta dari dalam mobil," ungkap Kasubbag Humas Polres Buleleng AKP Agus Widarma Putra, Selasa (17/3/2015) di ruang kerjanya.

Jumlah uang sebesar itu memang dibawa oleh korban lantaran baru saja mengambil uang dari bank, disuga kuat korban sudah diikuti dari bank dan melihat kesempatan sejenak pelaku mengambil uang di dalam mobil dengan cara merusak kaca pintu.

Melihat kejadian tersebut Agus Widarma menghimbau kepada para nasabah bank untuk meminta pengawalan baik dari pihak bank atau pihak Kepolisian.

"Sebaiknya jika menarik uang dalam jumlah banyak ya minta bantuan pengawalan kepada pihak bank atau kami. Sesuai program yang sudah ada dari Kapolres Buleleng, tidak dipungut biaya," kata Kasubbag Humas Agus Widarma Putra.
-
LokalZone - Listrik diduga kembali menjadi penyebab ludesnya rumah I Ketut Suidana akibat kebakaran. Hal tersebut diungkapkan Suidana Selasa (17/3/2015) saat Bupati Jembrana I Putu Artha meninjau rumah Suidana di Banjar Tibu Beleng Kelod Desa Penyaringan Kecamatan Mendoyo Jembrana. 

Suidana menceritakan, saar kejadian Sabtu (14/3/2015) sekitar Pk. 14.30, ia dan istrinya sedang tidak ada di rumah untuk bekerja. Tetapi sebelum kejadian istrinya Made Sueli seperti biasa menanak nasi dengan Magic Jar. Saat magic jar tersebut dicolokkan sempat mati, namun karena tergesa-gesa Sueli kembali mencolokkan dengan sedikit memaksa, ketika sudah hidup ia tinggalkan untuk bekerja. Kabar rumahnya terbakar baru ia terima dari tetangga yang saat itu apinya sudah sangat besar dan meludeskan seluruh isi rumahnya. Bahkan rumah ibunya Ni Ketut Mustri yang ada disebelahnya juga terkena imbas dan membakar atapnya. Pihak Pemadam Kebakaran Pemkab Jembrana baru mendapat laporan saat api sudah melahap seluruh rumah. “ Pemadam sudah sangat cepat datang “ terang Suidana.

Bupati Jembrana saat meninjau rumah Suidana merasa sangat prihatin dengan kejadian yang dialami Suidana dan keluarganya. Melihat kondisi rumah Suidana dan ibunya yang terkenan imbas Bupati Artha meminta keluarga untuk tabah menghadapi musibah yang tidak diduga. Untuk meringankan beban yang dialaminya Bupati Artha memberikan bantuan bahan bangunan dari PMI Jembrana untuk memperbaiki rumah Suidana dan ibunya yang terbakar. 

Selain bantuan bahan bangunan, Artha juga memberikan bantuan pakaian, peralatan dapur dan bahan makanan termasuk uang tunai kepada Suidana dan ibunya Ketut Mustri. “ Saya minta seluruh warga Jembrana untuk tetap waspada dengan bahaya kebakaran, kalau bisa jangan sampai rumhanya sepi, sehingga kalau ada musibah dan masalah bisa cepat diatasi “ kata Artha. 

Taruna Tanggap Bencana (Tagana) setelah kejadian telah membantu membersihkan puing-puing kebakaran. Bupati Artha kembali memerintahkan Tagana untuk membantu membersihkan atap rumah Ni Ketut Mustri yang terlihat masih gosong. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Untuk sementara baik Suidana dan istrinya maupun ibunya tinggal di rumah saudaranya masih di satu banjar.
-
LokalZone - Bupati Putu Agus Suradnyana, ST berikan bedah rumah kepada keluarga Made Kawit (47) di Dusun Kuwum, Desa Ringdikit Kecamatan Seririt, Selasa (17/3/2015). Laki laki yang sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek ini mengaku seperti mimpi mendapatkan bantuan bedah rumah tidak layak huni senilai 30 juta dari Bupati Agus Suradnyana. Bahkan dirinya mengaku sejak menikah dengan Made Darmini (45) hingga dikaruniai 3 anak kondisi rumahnya sangat memprihatinkan.

“Tiang sare ngipi polih bedah rumah. Tiang bersyukur sekali dengan bantuan ini,” ucapnya saat menerima kunci rumah yang diberikan langsung Bupati Suradnyana. 

Bupati Suradnyana usai menyerahkan kunci rumah mengatakan, program bedah rumah ini merupakan kerjasama Pemkab dengan pihak swasta berupa CSR (Corporate Social Responsbility) yang disalurkan melalui program bedah rumah dengan menyasar keluarga miskin yang tinggal dirumah tidak layal huni. Didampingi Kadis Sosial, Gede Komang, dan Camat Seririt, Bupati Suradnyana juga menyerahkan 4 paket sembako kepada keluarga Made Kawit. 

“Mudah-mudahan program ini terus berlanjut serta terus menjalin kerjasama antara Pemkab maupun kerjasama CSR pihak swasta dengan Pemda. Kepada masyarakat yang diberikan CSR lebih giat bekerja agar lebih mandiri tidak hanya berpaku tangan pada bantuan ,” ucapnya.

Sebelumnya, Bupati Agus Suradnyana juga berjanji memberikan bantuan 5 unit bedah rumah kepada keluarga yang terkena banjir di Desa Bubunan minggu lalu.
-
LokalZone - Menindaklanjuti perda No 2 tahun 2012 tentang perizinan, Tim Yustisi melakukan sidak di kawasan Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng senin (16/3/2015). Yang mana Kecamatan Tejakula sebagai Daerah resapan air ini telah berubah fungsi menjadi kawasan villa dan restourant mewah.

Kawasan berhawa sejuk ini telah penuh villa-villa mewah, antara lain Villa Cili Mas yang berada di Desa Tejakula dan Villa Legong yang berada di Desa Sembiran. Halaman bangunan kokoh yang didominasi warna coklat ini langsung menghadap ke bibir pantai. Tidak hanya itu tim yustisi Kabupaten Buleleng juga mendapati bangunan ruko milik Jro gede yadnya kepakisan,S.Pd, yang mana bangunannya tidak memiliki IMB dan mengambil sepadan jalan.

Jro gede yadnya kepakisan,s.pd kepada Tim yustisi menuturkan bahwa pihaknya sudah sempat mengurus izin mulai dari desa hingga di kantor camat. “ dulu saya sudah pernah mengurus IMBnya mulai dari Kantor Desa Sampai di Kantor Camat, namun sampai di kantor Camat saya hanya bertemu salah satu staf camat, yang mana saya hanya disuruh menunggu perintah dari Camat”.tuturnya.

Sementara itu, Menurut ketua tim yustisi Kabupaten Buleleng Ari Permana mengatakan sidak villa dan restoran yang bertebaran di pesisir pantai di kawasan kecamatan tejakula." dalam Sidak kali ini, saya bersama tim berupaya untuk menata segala akomodasi sektor pariwisata yang dari dulu pembangunannya tidak tertata dengan rapi. Mulai dari masalah perizinan sampai masalah pencemaran lingkungan oleh villa dan restorant." ungkapmya

Ari Permana juga menjelaskan bahwa pihaknya hanya melakukan pembinaan saja.” Ya kami sekarang ini cuma melakukan pembinaan saja, sampai waktu yang kita tentukan.Bila mana pihak management villa tidak mengurus izin, selama waktu yang kami tentukan maka kami akan melakukan teguran tertulis, dan bisa - bisa kami akan menyegel villa tersebut”. Tegasnya
-
LokalZone - Biji salak mungkin hanyalah sampah yang tidak bermanfaat bagi sebagian besar orang. Tetapi jika jeli melihat peluang, biji salak bisa disulap menjadi sumber uang hingga puluhan juta rupiah. Tak percaya?

Eko Yulianto, 27 tahun, sudah membuktikannya. Pria asal Wonosobo, Jawa Tengah ini mendulang fulus lewat usaha pengolahan limbah salak, termasuk biji dan kulitnya yang dibuatnya jadi kopi dan aksesoris, di bawah merek dagang Kiebae yang berarti “begini saja” dalam Bahasa Jawa.

Pemuda asal Dusun Bowongso RT 2 RW 1 Limbangan Kecamatan Watumalang ini berujar cikal usahanya mulai tumbuh saat dirinya masih kuliah di Unsiq (Universitas Sains Al Qur’an). Awalnya dia mengolah daging salak menjadi manisan. Namun karena ingin fokus kuliah, usahanya pun mati suri.

Tamat kuliah Eko sempat berkarir sebagai customer service dan teller di perbankan selama 3 tahun. Tetapi kemauannya untuk menjadi pengusaha lebih kuat. Eko memutuskan resign sejak Desember 2013 lalu dan mulai serius mengolah salak.

Bermodalkan uang Rp500.000, Eko mulai membeli alat-alat seperti wajan untuk mengolah biji salak menjadi kopi. Dia mengumpulkan “sampah” salak pondoh, yakni salak berukuran kecil dari ladang warga sekitar rumahnya.

“Bahan bakunya melimpah. Di ladang itu banyak salak-salak yang rontok, yang tidak terjual. Salak itu biasanya dibiarkan begitu saja dan tidak dipungut karena dianggap tak laku,” kata dia kepada Bisnis Indonesia, di Jakarta.

Berawal beberapa kali eksperimen yang gagal, Eko akhirnya berhasil menemukan cara mengolah salak menjadi kopi dengan citarasa yang enak dilidah. Prosesnya biasanya memakan waktu seminggu mulai dari menjemur biji salak, menyangrai, menumbuk sampai halus pakai lumpang hingga menyaring bubuknya.

Tak hanya bijinya, Eko juga berkreasi mengolah daging buah salak menjadi aneka makanan seperti keripik, dodol, bolu, stik. Sementara kulitnya dimanfaatkan menjadi kerajinan seperti bros. Dia merekrut ibu-ibu dari kelompok tani di desanya sebagai tenaga kerja.

Pekan lalu, ayah satu anak ini memboyong produk-produk olahannya ke hadapan para dewan juri Citi Entrepreneurship Awards (CMA). Atas inovasinya, pria yang ramah senyum ini didaulat menjadi yang terbaik untuk kategori wirausaha mikro berwawasan lingkungan CMA 2014.\

“Kalau dibilang kopi salak, orang masih penasaran. ‘masa sih biji salak bisa jadi kopi’. Makanya untuk mengenalkan produk kita harus berani juga kasih tester,” kata Eko sambil menyodorkan secangkir kopi.

Secara kasat mata, minuman tersebut tak jauh beda dengan kopi pada umumnya. Yang membedakan  adalah aromanya, yakni aroma salak yang masih tercium. Begitu juga soal rasa, kopi biji salak lebih segar dan agak asam serta agak lebih ringan di lidah dibanding kopi dari biji kopi.

“Ini sudah diperiksa di dinas kesehatan sudah lolos, ada izin pengolahan makaan industri rumah tangga. Kopi salak juga bermanfaat untuk kesehatan, terutama yang kolestrol dan darah tinggi,” tuturnya.

Eko menyebut bisnis yang dia geluti cukup menjanjikan. Meski dari segi pemasaran dia masih perlu usaha untuk mengedukasi pasar, namun usahanya dari tahun ke tahun terus bertumbuh. Tiap bulan dia memproduksi sekitar 40 kilogram kopi yang dipasarkan secara online, pameran dan distribusi ke toko-toko dan pasar-pasar.

Omset penjualannya meningkat dengan rata-rata sebesar 30%-35% per tahun. Pada tahun pertamanya 2012, Eko dan kelompok usahanya membukukan omset sekitar Rp47 juta. Tahun lalu omsetnya melejit hingga Rp82 juta dengan laba sekitar Rp30 juta.

Selain itu, usaha Eko juga mempunyai aset yang sudah terbilang besar yakni Rp60 juta, termasuk mesin giling, pengering dan sealer. Lewat kelompok usahanya, dia juga membantu kehidupan sekitar 20 orang ibu-ibu yang diberdayakannya.

“Penghasilan di bank memang lebih besar, tapi tak ada kebahagiaan, terasa hampa. Kalau sekarang waktu untuk keluarga lebih banyak. Resign itu keyakinan, yakin bahwa rejeki enggak hanya dari yang namanya gaji. Kalau rejeki enggak bakal salah alamat,” kata dia saat flashback soal keberaniannya memutuskan jadi pengusaha, sambil tertawa. (bisnis)
-
LokalZone - Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) merupakan salah satu terobosan baru dalam membangun pertanian di Bali dengan memanfaatkan ternak sapi Bali. Namun dalam prakteknya program Simantri ini diharapkan tidak hanya sekedar untuk memelihara sapi, Demikian disampaikan Gubernur Bali Made Mangku Pastika saat meninjauan unit Simantri di Kabupaten Gianyar yakni Simantri 437 Gapoktan Sari Wredi Gopala Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati dan Simantri 369 Gapoktan Merta Sari Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati.

“Jangan pernah berpikiran bahwa simantri itu hanya sekedar untuk pelihara sapi, tapi Simantri ini erat kaitannya dalam upaya membangun pertanian Bali dan bagaimana menciptakan Bali organik melalui Simantri ini”, tegas Pastika.

Pastika juga menyampaikan dalam upaya mencapai Bali organik tersebut terdapat beberapa hal yang harus benar – benar diperhatikan oleh para petani dan pemerintah mulai dari pemanfaatan teknologi pertania yang harus semakin bagus dan sumber daya manusianya seperti pendamping simantri tersebut harus lebih aktif, serta pasar dari hasil Simantri tersebut juga harus ada sehingga Simantri tersebut bisa berkembang.

Pastika sangat mengharapkan keberadaan Simantri ini mampu memberikan stimulan bagi masyarakat untuk berswadaya. “Kita buat simantri ini tujuannya untuk memberikan stimulan bagi masyarakat untuk melakukannya secara swadaya dengan teknologi yang sama dengan yang ada di simantri sehingga hasilnya bisa menjadi lebih optimal”, jelas Pastika yang juga juga mengingatkan mengenai keberadaan lahan jangan sampai menjadi masalah karena akan sangat mengganggu perkembangan dari Simantri tersebut.

Sementara itu, senada dengan Gubernur Pastika Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnu Ardana yang dalam kesempatan tersebut juga turut mendampingi menyatakan bahwa pihaknya kini telah berusaha untuk menciptakan atau menggunakan teknologi – teknologi pertanian yang baru demi memajukan keberadaan Simantri tersebut dan salah satunya dengan penggunaan Biang Kompos dan Biang Urine yang memiliki kualitas yang baru dan bagus, menurutnya dengan biang yang baru ini pembuatan pupuk organik dan bio urine bisa diselesaikan dengan lebih cepat dari sebelumnya dengan kualitas hasil yang lebih baik. Kedepan pihaknya juga akan berusaha menerapkan teknologi – teknologi pertanian yang lebih maju kepada seluruh unit Simantri yang ada di Bali.

Perlu diketahui Simantri 437 Gapoktan Sari Wredi Gopala, merupakan bantuan dari Pemprov Bali tahun 2014 yang baru berjalan kurang lebih 6 bulan, namun hasilnya sudah bisa dimanfaatkan mulai dari pupuk organik, bio urine dan gas namun masih belum optimal, berbeda dengan Simantri 369 Gapoktan Merta Sari, yang merupakan bantuan tahun 2013 telah memiliki 13 anak sapi dari 21 batuan sapi simantri yang diterima, dan untuk pupuk dan bio urine selain digunakan untuk keperluan petani di simantri itu sendiri, pemasarannya juga telah mencapai wilayah Bangli yang bekerjasama dengan petani - petani jeruk di wilayah tersebut. Jadi dapat dikatakan walaupun masih belum terlalu lama beroperasi, kedua simantri tersebut sudah mampu memberikan hasil dan pengaruh yang cukup baik bagi para petani.
-