Lokalzone - Kasus korupsi yang menjerat mantan Rektor IHDN Prof. Made Titib dkk ternyata berimbas kepada penerimaan mahasiswa baru yang melorot drastis di Buleleng.
Jika tahun-tahun sebelumnya IHDN menjadi sekolah tinggi favorit dalam bidang Agama maupun sastra Bali. Entah berkaitan atau tidak, predikat tersebut mulai pudar seiring gencarnya pemberitaan miring mengenai kampus yang berlokasi di Denpasar, Bangli, dan Singaraja tersebut. Di Singaraja, penerimaan mahasiswa mengalami penurunan yang sangat drastis.
Tahun ini, kampus IHDN cabang Singaraja hanya menerima mahasiswa sebanyak 18 orang dari semua fakultas dan jurusan yang ada. Sumber dari koran ini memaparkan keadaan kampus belakangan ini sedikit berbeda. Menurut dia, perbedaan di kampus cabang Singaraja sangat dirasakan sebelum dan sesudah berhembus kabar kasus korupsi yang menjerat beberapa petinggi IHDN. “Suasana sedikit berbeda terasa. Entah itu ada kaitannya dengan kasus korupsi yang menjerat pak Titib atau bukan, saya kurang tahu. Tapi satu hal pasti, di tahun ajaran baru ini IHDN cuman dapat 18 mahasiswa baru. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Bali yang biasanya mahasiswanya banyak sekarang cuman 2 orang. Mungkin ini buntut dari kasus-kasus korupsi yang terus berkembang atau karena hal lain,” ucapnya.
Sebelumnya IHDN menjadi favorit di Buleleng. Berstatus negeri sehingga banyak yang tertarik. Demikian juga biayanya tidak terlalu tinggi. Boleh dikatakan kampus IHDN di Singaraja ini adalah kampus Hindu yang terbaik di Buleleng. Sekarang cuman dapat 18 mahasiswa. ‘’Tahun-tahun sebelumnya minimal seratus orang bisa dapat mahasiswa dari semua jurusan yang ada,” tambah dia. “Saya berharap sih kasus ini bisa cepat selesai. Karena terus terang hal ini mengganggu proses perkuliahan yang ada. IHDN kampus bagus dan saya harapkan tidak akan ada lagi masalah-masalah berikut yang menyusul,” tegas dia.
Kasus korupsi di IHDN akhir-akhir ini memang kencang terdengar. Diawali dengan terciumnya kasus korupsi yang pada awalnya hanya menjerat Dr. Praptini sebagai tersangka. Masalah semakin panas dengan diseretnya mantan Rektor Prof Made Titib sebagai tersangka, bersama Dr. Praptini, Pembantu Rektor II IHDN toleh Penyidik Pidana Khusus Kejaksan Tinggi (Kejati) Bali serta Drs. Nyoman Suwica, staff Praptini di IHDN. Tidak hanya itu, dua orang rekanan proyek pengadaan barang dan jasa yang terindikasi korupsi senilai Rp25 miliar di lingkungan IHDN, Ni Putu Indra Maritin dan Wayan Sudiyasa juga ikut menjadi tersangka. (pb)
Jika tahun-tahun sebelumnya IHDN menjadi sekolah tinggi favorit dalam bidang Agama maupun sastra Bali. Entah berkaitan atau tidak, predikat tersebut mulai pudar seiring gencarnya pemberitaan miring mengenai kampus yang berlokasi di Denpasar, Bangli, dan Singaraja tersebut. Di Singaraja, penerimaan mahasiswa mengalami penurunan yang sangat drastis.
Tahun ini, kampus IHDN cabang Singaraja hanya menerima mahasiswa sebanyak 18 orang dari semua fakultas dan jurusan yang ada. Sumber dari koran ini memaparkan keadaan kampus belakangan ini sedikit berbeda. Menurut dia, perbedaan di kampus cabang Singaraja sangat dirasakan sebelum dan sesudah berhembus kabar kasus korupsi yang menjerat beberapa petinggi IHDN. “Suasana sedikit berbeda terasa. Entah itu ada kaitannya dengan kasus korupsi yang menjerat pak Titib atau bukan, saya kurang tahu. Tapi satu hal pasti, di tahun ajaran baru ini IHDN cuman dapat 18 mahasiswa baru. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Bali yang biasanya mahasiswanya banyak sekarang cuman 2 orang. Mungkin ini buntut dari kasus-kasus korupsi yang terus berkembang atau karena hal lain,” ucapnya.
Sebelumnya IHDN menjadi favorit di Buleleng. Berstatus negeri sehingga banyak yang tertarik. Demikian juga biayanya tidak terlalu tinggi. Boleh dikatakan kampus IHDN di Singaraja ini adalah kampus Hindu yang terbaik di Buleleng. Sekarang cuman dapat 18 mahasiswa. ‘’Tahun-tahun sebelumnya minimal seratus orang bisa dapat mahasiswa dari semua jurusan yang ada,” tambah dia. “Saya berharap sih kasus ini bisa cepat selesai. Karena terus terang hal ini mengganggu proses perkuliahan yang ada. IHDN kampus bagus dan saya harapkan tidak akan ada lagi masalah-masalah berikut yang menyusul,” tegas dia.
Kasus korupsi di IHDN akhir-akhir ini memang kencang terdengar. Diawali dengan terciumnya kasus korupsi yang pada awalnya hanya menjerat Dr. Praptini sebagai tersangka. Masalah semakin panas dengan diseretnya mantan Rektor Prof Made Titib sebagai tersangka, bersama Dr. Praptini, Pembantu Rektor II IHDN toleh Penyidik Pidana Khusus Kejaksan Tinggi (Kejati) Bali serta Drs. Nyoman Suwica, staff Praptini di IHDN. Tidak hanya itu, dua orang rekanan proyek pengadaan barang dan jasa yang terindikasi korupsi senilai Rp25 miliar di lingkungan IHDN, Ni Putu Indra Maritin dan Wayan Sudiyasa juga ikut menjadi tersangka. (pb)