LokalZone - Lebih dari seribu orang di Rajanganaya Sri Lanka berdesak-desakan mengikuti uji kesehatan di klinik-klinik darurat di kota itu, karena khawatir tertular penyakit ginjal misterius yang telah membunuh ribuan petani Sri Lanka.
Banyak warga hanya bisa menyaksikan tetangga dan orang-orang yang mereka cintai – yang bahkan baru berusia 30 tahun – meninggal karena ginjalnya secara tiba-tiba berhenti bekerja. Di beberapa desa yang paling parah terkena dampak, penyakit ini menewaskan sekitar 10 orang setiap bulan. Menurut warga setempat – sebagaimana dikutip Associated Press – dalam banyak kasus, warga baru tahu tentang penyakit ini setelah korban yang meninggal diotopsi.
Penyakit ini telah menewaskan 20 ribu orang dalam 20 tahun terakhir dan membuat antara 70 ribu hingga 400 ribu orang jatuh sakit. Penyakit ini telah meluas dari dua distrik menjadi tujuh distrik di bagian tengah dan utara Sri Lanka. Belum ada kasus yang dilaporkan di propinsi-propinsi lain.
Beberapa pihak menyalahkan buruknya sarana air bersih serta penggunaan pestisida dan pupuk. Lainnya menilai logam berat dan ganggang beracun sebagai penyebab penyakit mematikan itu. Otorita setempat telah melarang warga makan ikan air tawar, menggunakan peralatan masak yang terbuat dari alumunium dan alkohol buatan sendiri.
Penyakit serupa sempat dilaporkan menimpa ribuan petani di Amerika Tengah, India dan Mesir.
Laporan yang dikeluarkan WHO dua tahun lalu mendapati penyakit ginjal pada 15% orang dewasa di tiga distrik Sri Lanka, terutama pada perempuan dan laki-laki berusia di atas 39 tahun. Residu pestisida dan kadmium dalam kadar tinggi ditemukan dalam urin. Ini membuat para peneliti WHO menyimpulkan kemungkinan terjadinya kerusakan ginjal dalam jangka panjang, ditambah faktor-faktor lain seperti arsenik.
Peneliti WHO di Jenewa – Shanthi Mendis – mengatakan dua prioritas pemerintah Sri Lanka saat ini seharusnya adalah menyediakan pasokan air minum yang aman kepada warga dan mengeluarkan aturan tegas soal penggunakan pestisida.
Banyak warga hanya bisa menyaksikan tetangga dan orang-orang yang mereka cintai – yang bahkan baru berusia 30 tahun – meninggal karena ginjalnya secara tiba-tiba berhenti bekerja. Di beberapa desa yang paling parah terkena dampak, penyakit ini menewaskan sekitar 10 orang setiap bulan. Menurut warga setempat – sebagaimana dikutip Associated Press – dalam banyak kasus, warga baru tahu tentang penyakit ini setelah korban yang meninggal diotopsi.
Penyakit ini telah menewaskan 20 ribu orang dalam 20 tahun terakhir dan membuat antara 70 ribu hingga 400 ribu orang jatuh sakit. Penyakit ini telah meluas dari dua distrik menjadi tujuh distrik di bagian tengah dan utara Sri Lanka. Belum ada kasus yang dilaporkan di propinsi-propinsi lain.
Beberapa pihak menyalahkan buruknya sarana air bersih serta penggunaan pestisida dan pupuk. Lainnya menilai logam berat dan ganggang beracun sebagai penyebab penyakit mematikan itu. Otorita setempat telah melarang warga makan ikan air tawar, menggunakan peralatan masak yang terbuat dari alumunium dan alkohol buatan sendiri.
Penyakit serupa sempat dilaporkan menimpa ribuan petani di Amerika Tengah, India dan Mesir.
Laporan yang dikeluarkan WHO dua tahun lalu mendapati penyakit ginjal pada 15% orang dewasa di tiga distrik Sri Lanka, terutama pada perempuan dan laki-laki berusia di atas 39 tahun. Residu pestisida dan kadmium dalam kadar tinggi ditemukan dalam urin. Ini membuat para peneliti WHO menyimpulkan kemungkinan terjadinya kerusakan ginjal dalam jangka panjang, ditambah faktor-faktor lain seperti arsenik.
Peneliti WHO di Jenewa – Shanthi Mendis – mengatakan dua prioritas pemerintah Sri Lanka saat ini seharusnya adalah menyediakan pasokan air minum yang aman kepada warga dan mengeluarkan aturan tegas soal penggunakan pestisida.