LokalZone - Komisioner Bidang Pendidikan Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto mengatakan, sekolah kini
rentan untuk dimasuki paham radikal seperti Negara Islam Irak dan Suriah
(ISIS).
"Jika tidak memiliki benteng yang kuat, paham ISIS potensial masuk
melalui dunia pendidikan," kata Susanto di Jakarta, Rabu (25/3/2015).
Maka dari itu, kata dia, sekolah harus waspada dan membentengi siswa
dari pengaruh paham ISIS. Pencegahan masuknya paham radikal seperti ISIS
bisa dilakukan sejak dini. Beberapa hal yang bisa dilakukan, kata
Susanto, ialah pertama, pastikan tenaga pendidik dan kependidikan
memiliki pemikiran keagamaan yang inklusif, bukan garis keras.
Kedua, siswa perlu diberi pendidikan tentang pentingnya mengetahui
ciri-ciri pemikiran radikal, modus rekrutmen, dan kiat praktis
menghindari pemikiran radikal. Dengan begitu, siswa terbentengi dan
tidak terpengaruh dengan mudah oleh ajaran-ajaran kekerasan, terutama
paham ISIS.
Ketiga, sekolah perlu memantau dan melakukan deteksi dini terhadap
aktivitas siswa agar tidak terjebak dan menjadi korban paham radikal.
Sementara itu, Susanto juga meminta agar setiap pihak turut aktif
agar radikalisme dapat dibendung sehingga tidak meracuni generasi muda.
Menurut dia, Indonesia memiliki banyak tokoh berpengaruh dan instrumen
kuat untuk mempromosikan gerakan antiradikalisme.
Beberapa contoh instrumen itu seperti Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme, Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri, Kementerian Agama, dan
Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan. Dia meminta sejumlah instrumen
itu bergerak lebih aktif lagi agar ISIS tidak berkembang di Indonesia.
Instrumen itu juga termasuk organisasi kemasyarakatan keagamaan dan sosial dan juga lingkungan keluarga. (Kompas)