Lokalzone - Di tengah gelombang protes sejumlah kelompok masyarakat di tanah air
menolak kebijakan pemerintah RI menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM)
bersubsidi, pemerintah Malaysia justru akan menghapus kebijakan subsidi
BBM. Rencana tersebut akan direalisasikan bulan depan.
Kebijakan Pemerintah Malaysia menghapus subsidi BBM untuk bensin dan
solar itu dilakukan untuk penghematan anggaran, dan menekan defisit
anggaran. Dilansir dari BBC, Sabtu (22/11), Perdana Menteri Malaysia
Najib Razak ingin menekan defisit anggarannya menjadi 3,5% dari PDB
tahun ini. Dan menghilangkan defisit di 2020 nanti. Razak berencana
untuk mengurangi belanja negara dan meningkatkan tarif pajaknya.
Menurut BBC, saat ini pemerintah Malaysia menghabiskan lebih dari US$
500 juta per bulan untuk menekan harga BBM tetap rendah dengan
memberikan subsidi. Sayangnya, subsidi ini bisa dinikmati oleh siapa
saja, termasuk orang asing.
Karena itu Razak memangkas subsidi BBM dalam beberapa tahun ini.
Langkah ini memang membuat popularitasnya turun, dan ada protes-protes
kecil di kalangan penduduk Malaysia.
Sejumlah kalangan di Malaysia berpendapat, pemerintah harusnya
memangkas belanja-belanja yang tidak penting dan memberantas korupsi di
negaranya, sebelum subsidi BBM dihapus. Meski begitu, saat ini
pemerintah Malaysia tetap memberikan subsidi untuk pangan, bahan bakar
rumah tangga, dan listrik.
Dengan menerapkan kebijakan penghapusasn subsidi BBM tersebut,
Pemerintah Malaysia menyatakan, harga BBM harus dibiarkan mengambang
naik-turun, sesuai dengan harga minyak dunia dan nilai tukar ringgit.
Dalam 6 bulan terakhir ini, harga minyak dunia memang turun lebih
dari 30%. Sementara nilai tukar ringgit terhadap dolar AS menguat 0,3%.
“Bila harga minyak mentah di pasar meningkat, maka harga bensin RON 95
(yang jadi bensin subsidi) dan harga solar juga akan naik. Demikian juga
sebaliknya,” ujar Kementerian Perdagangan Malaysia.
BBC membandingkan kebijakan ini dengan yang dilakukan pemerintahan
Indonesia. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menaikkan harga BBM subsidi
30%, dan berencana untuk mengalihkan anggaran tersebut ke sektor-sektor
produktif.
Malaysia merupakan negara dengan perekonomian terbesar nomor 3 di
ASEAN. Meski pemerintah negara itu menaikkan harga BBM akhir Oktober
lalu, namun tahun ini masih ada subsidi sebesar US$ 6 miliar yang
diberikan.