Lokalzone - Dea Valencia Budiarto, Gadis manis berumur 19 tahun asal Semarang
yang baru menyelesaikan studi S1 ini sudah memiliki pendapatan miliaran
rupiah per tahun. Semua itu berkat ketekunannya menggeluti bisnis fesyen
budaya yang dia beri nama Batik Kultur by Dea Valencia yang dipasarkan menggunakan Facebook dan Instagram.
Sejak usia 16 tahun, Dea sudah menggali kreativitasnya.
Ketidaksanggupannya membeli batik yang ia inginkan justru menjadi awal
mula kesuksesannya. Dea menggeledah batik-batik lawas, menggunting
sesuai pola yang ia suka, dan membordirnya. Ia ciptakan pakaian dengan
hiasan batik lawas berbordir tadi.
Dari situ terciptalah kreasi Batik Kultur. Awal produksi, Dea hanya
membuat 20 potong pakaian. Kini? Ada 800 potong Batik Kultur yang
dipasarkan per bulannya. Dengan harga Rp 250.000 – 1,2 juta, nilainya
setara dengan Rp 3,5 M per tahun atau Rp 300 juta per bulan.
“Desainernya saya sendiri padahal nggak bisa gambar. Imajinasi. Saya ada
satu orang yang diandalkan, kerja sama dengan saya. Apa yang ada di
otak saya transfer ke dia untuk dijadikan gambar,” kata Dea.
Tak cuma batik, Batik Kultur pun merambah ke tenun ikat. Khusus yang
satu ini, Dea harus membelinya di Jepara, tepatnya di Desa Troso yang
merupakan sentra tenun ikat. Jika dulu hanya membeli beberapa meter
kain, kini sekali kulakan Dea membeli tak kurang dari 400 meter tenun
ikat.
Melihat segala pencapaian Dea, sulit mempercayai Batik Kultur ada di
tangan seorang perempuan muda usia 19 tahun yang sudah memegang gelar
sarjana komputer.
“Saya dulu nggak tahu kenapa sama ibu 22 bulan udah
disekolahkan. Umur lima tahun udah masuk SD. SMP dua tahun, SMA dua
tahu. Jadi itu 15 tahun masuk kuliah. Tiga setengah tahun kuliah, jadi
umur 18 udah lulus,” jelas Dea yang kini telah memiliki 36 pegawai ini.
“Saya juga mempekerjakan karyawan yang misal nggak ada kaki tapi
tangannya masih bisa kerja. Penjahitnya ada enam yang tuna rungu dan
tuna wicara. Pertimbangannya? Giving back to society (timbal balik
kepada masyarakat),” terang Dea.