Bali, Lokalzone - Wine asal Bali Sababay kembali meraih penghargaan internasional di ajang The AWC Vienna International Wine Challenge 2016.
Dalam kompetisi bergengsi ini 3 produk Sababay yaitu Moscato d’Bali, White Velvet, dan Reserve Red meraih medali perak. The AWC Vienna adalah kompetisi wine terbesar yang diakui secara resmi di dunia dengan jumlah peserta sebesar 1.866 produsen, 12.826 wine dari 41 negara.
AWC termasuk kompetisi wine yang paling ketat, di mana seorang juri internasional yang dipilih dari level tertinggi bertugas menilai wine dalam kabin-kabin terpisah dengan menggunakan prosedur blind tasting absolut. Di 2015, pada ajang yang sama, Moscato d’Bali dan Reserve Red juga berhasil mendapatkan medali perak.
“Hal ini kembali mempertegas bahwa Indonesia dapat memproduksi wine berkualitas. Penghargaan-penghargaan ini menempatkan Indonesia di peta penghasil wine berkualitas dunia”, ungkap Gupta Sitorus, Marketing Director Sababay Winery dalam siaran persnya.
Sababay mendapatkan suplai anggur untuk produksi wine dari petani lokal di Buleleng, Bali. Dengan menggagas konsep corporate farming, Sababay melakuan kemitraan dengan petani untuk penjualan anggur secara eksklusif dengan harga yang wajar. Gupta menambahkan bahwa sampai dengan saat ini jumlah petani yang berada dalam kemitraan dengan Sababay sekitar 180 kepala keluarga dengan total luas kebun sekitar 80 hektar. “Setiap tahunnya kami membeli sekitar 400 ton anggur dari mitra petani’, ungkapnya.
Sababay terus berupaya untuk membantu mengangkat perekonomian para mitra petaninya. Sebelumnya, para petani ini memiliki penghasilan sekitar Rp. 1 juta pertahun dengan harga penjualan anggur sekitar Rp 500/kg. Melalui program kemitraan ini, para petani bisa menjual anggurnya di kisaran sekitar Rp 5000/kg, sehingga pendapatan mereka bisa jauh lebih baik.
Dari sekitar 700 tipe anggur, Sababay menggunakan anggur jenis Alphonse-Lavallee dan anggur Muscat. Di negara empat musim, anggur ini hanya dipanen sekali dalam setahun, tapi di tanah Buleleng, anggur ini bisa panen tiga kali dalam setahun. Meski demikian, perkebunan Sababay tetap memanen dua kali dalam setahun untuk menjaga kualitas.
Saat ini, Sababay mengoperasikan fasilitas produksi seluas lebih dari 2 hektar yang dilengkapi dengan peralatan pengolahan anggur tercanggih yang didatangkan langsung dari Perancis. Fasilitas produksi Sababay menerapkan standar internasional dengan peralatan fermentasi dan tangki penyimpanan terbuat dari stainless steel sementara sistem pembotolan otomatis langsung didatangkan dari Italia. Pabrik ini juga dilengkapi dengan sistem penyimpanan suhu dingin untuk produk jadi, laboratorium kendali mutu, sistem pengelolaan limbah padat dan cair yang berkelanjutan, dan berbagai fasilitas pendukung lainnya.
Dalam kompetisi bergengsi ini 3 produk Sababay yaitu Moscato d’Bali, White Velvet, dan Reserve Red meraih medali perak. The AWC Vienna adalah kompetisi wine terbesar yang diakui secara resmi di dunia dengan jumlah peserta sebesar 1.866 produsen, 12.826 wine dari 41 negara.
AWC termasuk kompetisi wine yang paling ketat, di mana seorang juri internasional yang dipilih dari level tertinggi bertugas menilai wine dalam kabin-kabin terpisah dengan menggunakan prosedur blind tasting absolut. Di 2015, pada ajang yang sama, Moscato d’Bali dan Reserve Red juga berhasil mendapatkan medali perak.
“Hal ini kembali mempertegas bahwa Indonesia dapat memproduksi wine berkualitas. Penghargaan-penghargaan ini menempatkan Indonesia di peta penghasil wine berkualitas dunia”, ungkap Gupta Sitorus, Marketing Director Sababay Winery dalam siaran persnya.
Sababay mendapatkan suplai anggur untuk produksi wine dari petani lokal di Buleleng, Bali. Dengan menggagas konsep corporate farming, Sababay melakuan kemitraan dengan petani untuk penjualan anggur secara eksklusif dengan harga yang wajar. Gupta menambahkan bahwa sampai dengan saat ini jumlah petani yang berada dalam kemitraan dengan Sababay sekitar 180 kepala keluarga dengan total luas kebun sekitar 80 hektar. “Setiap tahunnya kami membeli sekitar 400 ton anggur dari mitra petani’, ungkapnya.
Sababay terus berupaya untuk membantu mengangkat perekonomian para mitra petaninya. Sebelumnya, para petani ini memiliki penghasilan sekitar Rp. 1 juta pertahun dengan harga penjualan anggur sekitar Rp 500/kg. Melalui program kemitraan ini, para petani bisa menjual anggurnya di kisaran sekitar Rp 5000/kg, sehingga pendapatan mereka bisa jauh lebih baik.
Dari sekitar 700 tipe anggur, Sababay menggunakan anggur jenis Alphonse-Lavallee dan anggur Muscat. Di negara empat musim, anggur ini hanya dipanen sekali dalam setahun, tapi di tanah Buleleng, anggur ini bisa panen tiga kali dalam setahun. Meski demikian, perkebunan Sababay tetap memanen dua kali dalam setahun untuk menjaga kualitas.
Saat ini, Sababay mengoperasikan fasilitas produksi seluas lebih dari 2 hektar yang dilengkapi dengan peralatan pengolahan anggur tercanggih yang didatangkan langsung dari Perancis. Fasilitas produksi Sababay menerapkan standar internasional dengan peralatan fermentasi dan tangki penyimpanan terbuat dari stainless steel sementara sistem pembotolan otomatis langsung didatangkan dari Italia. Pabrik ini juga dilengkapi dengan sistem penyimpanan suhu dingin untuk produk jadi, laboratorium kendali mutu, sistem pengelolaan limbah padat dan cair yang berkelanjutan, dan berbagai fasilitas pendukung lainnya.