LokalZone - Bahaya rabies nampak dalam beberapa bulan kedepan akan mendapat
tantangan baru, pasalnya selain ancaman anjing liar yang sewaktu-waktu
bisa menyerang warga, kini tantangan barunya adalah ketersediaan Vaksin
Anti Rabies (VAR) yang mulai menipis.
Hal tersebut diungkapkan
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana dr. Putu Suasta (10/3/2015) pagi di
Kantor Bupati Jembrana. Suasta menjelaskan, saat ini jumlah VAR yang
tersedia hanya tinggal 83 vial,
sedangkan setiap bulannya diperlukan minimal 60 vial untuk mengatasi
Rabies. Sejatinya pihaknya telah mengajukan untuk pengadaan VAR dalam
tiga bulan kedepan, namun tersendat oleh perubahan sistem lantaran
harga VAR tahun ini masuk ke dalam e-katalog yang dijadikan dasar untuk
pengadaan barang. Dalam e-katalog tersebut lanjut Suasta harganya jauh
dibawah harga pasaran sehingga pihak distributor dalam hal ini Bio-farma
belum bisa menerima harga VAR yang sangat rendah dalam e-katalog.
Di pasaran saat ini harga VAR yang didistribusikan Bio-Farma mencapai
Rp.140.000 per vial sementara dalam e-katalog seharga Rp. 78.000 per
vial. Perbedaan harga inilah yang mengakibatkan pihak distributor enggan
melayani pembelian dengan dana APBD lantaran harganya yang terlalu
rendah. Lanjut Suasta, dalam APBD 2015 telah tersedia anggaran pembelian
VAR sebesar Rp. 550 juta yang dapat membeli VAR sekitar 4.000 vial
untuk kebutuhan 10 bulan dan pada anggaran perubahan akan ditambah untuk
mencukupi kebutuhan sampai April 2016. “ Hal ini sudah rutin berjalan
setiap tahun, namun saat ini baru pertama kali tersendat karena
perubahan sistem pengadaan melalui e-katalog “ terang Suasta.
Suasta mengaku sangat khawatir dengan kondisi ini, pasalnya bila terjadi
kekosongan VAR selain akan menyulitkan penanganan Rabies juga akan
membebani masyarakat, karena harus membeli VAR di apotik yang harga
cukup tinggi sekitar Rp. 140.000 per vial dan untuk mengatasi Rabies
sedikitnya diperlukan 4 (empat) vial sehingga totalnya mencapai Rp.
600.000.
Mengantisipasi kekhawatiran tersebut pihaknya telah
bersurat ke Dinas Kesehatan Provinsi Bali untuk memperoleh bantuan VAR.
Namun hingga kini belum ada jawaban dari Dinas Kesehatan Bali. Ia juga
memaklumi hal itu karena mungkin saja Dinas Kesehatan Bali mengalami hal
yang sama. Apabila hal itu benar terjadi langkah lainnya yang akan
ditempuh Dinas Kesehatan Jembrana adalah merujuk pasien ke Rabies Center
di RSUP Sanglah dan berkoordinasi dengan pihak apotek yang ada di
Jembrana untuk pengadaan VAR walaupun masyarakat harus membeli demi
keselamatan jiwa.
Tidak itu saja dalam waktu dekat Suasta akan
berkoordinasi dengan Diskes Bali dan Diskes Kabupaten/Kota se- Bali
termasuk bersama produsen dan distributor VAR serta Kementrian Kesehatan
untuk mengusulkan penyesuain harga VAR antara di e-katalog dengan harga
di tingkat distributor sehingga tidak ada yang dirugikan terutama
masyarakat.