Lokalzone - Petani asal Buleleng mendapatkan perhargaan tingkat Nasional sebagai pelestari Sumber Daya Genetik (SDG) Tanaman Pertanian, yang diberikan langsung oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Dr.
Haryono pada Kongres Nasional V dan Seminar Nasional Sumber Daya Genetik Pertanian di Hotel Sanur Paradise Denpasar
Bali Rabu (25/6/2014) kemarin.
Dalam kondisi iklim yang terus berubah, eksistensi sumber daya genetik saat ini sangat rawan dan langka, bahkan ada yang telah punah. Untuk itu, peningkatan nilai tambah SDG memegang peranan penting dalam menjaga kelestariannya. Pembabatan hutan untuk dijadikan lahan sawit dan alasan lainnya menjadi topik hangat saat diskusi karena bertanggung jawab atas terhapusnya jutaan plasma nutfah sebagai sumberdaya genetik.
Dalam acara tersebut Kepala Balitbangtan sangat mengapresiasi atas keberhasilan 10 petani dalam melestarikan SDG tanaman pertanian. Sepuluh petani tersebut adalah H. Ahmadul Marzuki dari Kalimantan Selatan, Drs. Made Supala dari Bali, Ir. Sapirim, MM dari NTB, Hamsadi dari Kalimantan Timur, Wawan Kustiawan dari Jawa Barat, Budiansyah dari Kalimantan Barat, Ir. Dian Rossana Anggraini dari Bangka Belitung, Samanhudi dari Jawa Timur, Suyatno dari Lampung dan Lasmadi dari Kalimantan Tengah.
Dari 10 orang tersebut H. Ahmadul Marzuki (sebelah kiri foto pada atas) yang fokus melestarikan SDG tanaman langka di Kalimantan Selatan yang terkenal dengan keaneka ragaman hayati mendapatkan nilai tertinggi dari tim penilai yang disusul dengan posisi kedua oleh Made Supala (posisi tengah) dengan melestarikan tanaman buah langka dan posisi ketiga diraih Sapirim (paling kanan) dengan melestarikan tanaman obat-obatan.
Selain sebagai pelestari, Made Supala juga dikenal sebagai pemulia tanaman buah yang masih langka di Indonesia, salah satu silangan yang terbarunya adalah Srikaya Lefyra yang berwarna kuning dengan rasa manis, dan tidak kenal musim, Jambu Bol Hitam yang diperbesar dari ukuran aslinya (300 gram jadi 600 gram) dengan sistim pemuliaan poliploidi dan Pisang Kepok yang tahan terhadap penyakit layu.
bbt)
Dalam kondisi iklim yang terus berubah, eksistensi sumber daya genetik saat ini sangat rawan dan langka, bahkan ada yang telah punah. Untuk itu, peningkatan nilai tambah SDG memegang peranan penting dalam menjaga kelestariannya. Pembabatan hutan untuk dijadikan lahan sawit dan alasan lainnya menjadi topik hangat saat diskusi karena bertanggung jawab atas terhapusnya jutaan plasma nutfah sebagai sumberdaya genetik.
Dalam acara tersebut Kepala Balitbangtan sangat mengapresiasi atas keberhasilan 10 petani dalam melestarikan SDG tanaman pertanian. Sepuluh petani tersebut adalah H. Ahmadul Marzuki dari Kalimantan Selatan, Drs. Made Supala dari Bali, Ir. Sapirim, MM dari NTB, Hamsadi dari Kalimantan Timur, Wawan Kustiawan dari Jawa Barat, Budiansyah dari Kalimantan Barat, Ir. Dian Rossana Anggraini dari Bangka Belitung, Samanhudi dari Jawa Timur, Suyatno dari Lampung dan Lasmadi dari Kalimantan Tengah.
Dari 10 orang tersebut H. Ahmadul Marzuki (sebelah kiri foto pada atas) yang fokus melestarikan SDG tanaman langka di Kalimantan Selatan yang terkenal dengan keaneka ragaman hayati mendapatkan nilai tertinggi dari tim penilai yang disusul dengan posisi kedua oleh Made Supala (posisi tengah) dengan melestarikan tanaman buah langka dan posisi ketiga diraih Sapirim (paling kanan) dengan melestarikan tanaman obat-obatan.
Selain sebagai pelestari, Made Supala juga dikenal sebagai pemulia tanaman buah yang masih langka di Indonesia, salah satu silangan yang terbarunya adalah Srikaya Lefyra yang berwarna kuning dengan rasa manis, dan tidak kenal musim, Jambu Bol Hitam yang diperbesar dari ukuran aslinya (300 gram jadi 600 gram) dengan sistim pemuliaan poliploidi dan Pisang Kepok yang tahan terhadap penyakit layu.
bbt)